INTEL pembuat chip yang berbasis di Amerika Serikat (AS) membuka fasilitas perakitan dan pengujian senilai US$1 miliar di Vietnam, Jumat (29/10/2010). Pabrik itu merupakan pabrik terbesar di dunia.
Presiden dan CEO Intel Paul Otellini dan Wakil Perdana Menteri Hoang Trung Hai secara resmi membuka pabrik berukuran lima setengah lapangan sepak bola di sebuah kawasan industri di Kota Ho Chi Minh.
Ia mengatakan pembukaan fasilitas tersebut mendukung tujuan perusahaan untuk mempercepat transformasi ekonomi yang dipimpin industri padat teknologi.
Intel mengatakan dalam sebuah pernyataan, produksi mulai pertengahan tahun ini, dimulai dengan produksi chipset untuk laptop dan peralatan mobile bagi pelanggan Intel di seluruh dunia.
“Setelah sepenuhnya beroperasi, fasilitas tersebut diharapkan akan menciptakan beberapa ribu pekerja terampil di bidang manufaktur berteknologi tinggi dan menghasilkan pendapatan ekspor yang signifikan untuk negara tersebut.”
Otellini mengatakan saat upacara peresmian bahwa Intel telah menandatangani kesepakatan bersama dengan badan-badan pemerintah untuk memajukan e-government, pendidikan, komputer pribadi dan penetrasi pita lebar dan literasi digital di Vietnam.
Fasilitas tersebut merupakan salah satu dari tujuh fasilitas yang dioperasikan Intel di seluruh dunia. Intel mengumumkan proyek tersebut empat tahun lalu, memproklamirkan fasilitas tersebut menjadi investasi terbesar oleh sebuah perusahaan Amerika di Vietnam.
Pembukaan pabrik semikonduktor pertama di Vietnam berlangsung meski ada peringatan dari para analis bahwa negara komunis itu beresiko kalah. Baik terhadap negara lebih miskin dan upah lebih rendah maupun terhadap negara komunis yang lebih kaya dan lebih inovatif serta memiliki kualitas angkatan kerja yang lebih tinggi.
Bank Dunia dan Akademi Ilmu Sosial Vietnam (VASS) mengatakan dalam sebuah laporan bersama pada Agustus bahwa negara itu terlalu banyak bergantung pada eksploitasi sumber daya alam sedangkan industrinya, kebanyakan didominasi oleh grup besar milik-negara, kurang dinamis.
Negara tersebut merupakan pengekspor beras dan kopi kedua terbesar dunia sedangkan seafood, sepatu dan pakaian menjadi penghasil utama lainnya. “Namun standar sains dan teknologi Vietnam rendah dibanding dengan pesaing regional,” kata presiden VASS Do Hoai Nam.
Ia menambahkan infrastruktur ekonomi negara itu tidak berkembang baik, kekurangan spesialisasi dan daya saing dan kekurangan pekerja terampil. Namun fasilitas Intel tersebut merupakan pertanda bahwa Vietnam maju dari bisnis makanan menuju ke manufaktur
canggih, kata Adam Sitkoff, direktur eksekutif Kamar Dagang Amerika Vietnam
0 komentar:
Posting Komentar